DI SUSUN OLEH : Rahmat Ramadoni

Nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh banyak yang berasal
dari hewan, susu merupakan bahan pangan asal hewan yang kandungan gizinya cukup
lengkap serta terdapat protein essenial yang dibutuhkan oleh tubuh. Tingkat konsumsi susu di Indonesia pada tingkat ASEAN
hanya 12 liter per kapita per tahun jauh dibandingkan Thailand 22 liter per
kapita per tahun dan malaysia 36 liter per kapita per tahun. Kebutuhan akan
susu segar di Indonesia semakin meningkat tanpa diimbangi produksi, jadi hasil
dalam negeri hanya mampu mencukupi 25% - 30% sedangkan 70% impor dari
Australia, Perancis, dan Selandia Baru. Hampir 70% susu sapi yang beredar di
Indonesia berasal dari negara maju yang kita sendiri tidak tahu bagaimana
keamanan dan kualitasnya. Langkah-langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan
susu nasional diperlukan peningkatan kuantitas serta kualitas benih/bibit
sumber daya lokal, peningkatan produksi ternak, peningkatan produksi pakan
ternak dan pengendalian/penanggulangan penyakit hewan.
Dokter hewan sebagai stakeholder di bidang peternakan
mempunya potensi besar untuk meningkatkan produksi susu nasional dengan menjadi
dokter hewan yang tidak hanya mengobati sapi yang sakit tetapi juga mengobati
penyakit sosial ekonomi pada peternak tradisional dengan mengubah kebiasaan
cara beternak peternak tradisional. Peternak tradisional di Indonesia rata-rata
paling banyak mempunyai 3 ekor sapi betina dan orientasinya beternak hanya
untuk menabung jadi manajemen beternak dan kesehatannya kurang diperhitungkan
sehingga hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan apa yang telah dikerjakan.
Peternak memiliki kebiasaan yang kurang baik dalam
manajemen pemeliharaannya, pakan yang diberikan hanya berupa hijauan yang
memiliki kadar protein yang rendah dan kadang kala menggunakan jerami padi
untuk pakan utama ketika musim kemarau. Penggunaan limbah pertanian kadang juga
digunakan oleh peternak, limbah pertanian sebenarnya memiliki kandungan protein
yang sangat tinggi jika dalam pemberian dan pengolahannya cukup baik. Teknologi
pengolahan pakan yang sederhana dan tidak memerlukan peralatan sebenarnya sudah
banyak diciptakan tetapi dalam pengaplikasian di peternak tradisional sangat
jarang. Sosialisasi ke peternak tradisional untuk menggunakan teknologi
pengolahan pakan juga tidak jarang dilakukan oleh pemerintah melalui dinas
peternakan setempat tetapi pendampingan dan evaluasi jarang dilakukan.
Pendampingan ke peternak dapat dilakukan dengan pendekatan kepercayaan, dokter
hewan mempunyai potensi menjadi seorang yang dipercaya oleh peternak melalui
kinerjanya dalam mendiagnosa dan mengobati sapi peternak yang sakit. Peternak
lebih pecaya kepada dokter hewan yang telah mengobati sapi mereka hingga
sembuh, dari kepercayaan tersebut dokter hewan mempunyai peluang untuk
menjelaskan dan membantu peternak untuk mengaplikasikan
teknologi pengolahan pakan yang baik sehingga peternak mulai mau untuk
belajar dan mengaplikasikan teknologi pengolahan pakan yang sederhana.

Sebagian besar susu hasil peternak tradisional masuk
ke industri pengolahan susu (IPS), ketergantungan peternak pada industri
pengolahan susu sangat tinggi karena belum mampu memasarkan susu segar langsung
ke konsumen. Peternak terkadang juga menjadi pihak yang secara tidak lagsung
dipermainkan oleh IPS dengan penerapan standard mutu susu segar yang sangat
tinggi sehingga peternak tidak bisa menjual susu segar ke IPS. Buruknya mutu
susu segar peternak dikarenakan peternak belum mampu menerapkan sanitasi yang
bagus pada proses pemeliharaan dan pemerahan sapi mereka. Kandang sapi yang
kotor mejadi sumber penyakit dan pencemaran bakteri pada susu segar, potensi
sapi untuk sakit lebih besar saat berada pada kandang yang jarang dibersihkan
begitu juga potensi cemaran bakteri pada susu lebih besar ketika kandang dan
peralatan pemerahan susu tidak bersih. Dokter hewan seharusnya tidak datang ke
peternak hanya untuk mengobati sapi yang sakit, penjelasan mengenai sanitasi
yang baik lebih dibutuhkan oleh peternak, tidak cukup dengan memberikan
penjelasan saja, dokter hewan bisa memberikan perbandingan bagaimana hasil dari
sanitasi yang baik dan bagaimana hasil dari sanitasi yang buruk.
Peternak tradisional jarang atau hampir tidak pernah
menghitung pekerjaannya dengan uang, mereka hanya berpikiran berapapun uang
yang diterima dari penjualan susu segar itu sudah menjadi keuntungan mereka,
padahal jika dihitung analisis ekonominya perbandingan pekerjaan yang mereka
lakukan tidak sesuai dengan uang yang diterima dan risiko kerugian jika sapi
mereka mati. Kerugian tanpa sadar tersebut bisa diperbaiki dengan pemberian
pemahaman kepeda peternak akan perhitungan sederhana analisi ekonomi sehingga perlahan
bisa mengubah kebiasaan dari beternak untuk menabung menjadi beternak untuk
bisnis.
Ulasan pembahasan diatas memperlihatan bahwa perubahan
atas penyakit sosial ekonomi peternak tradisional dapat dilakukan dengan
pendekatan atas dasar profesionalisme dan integritas dokter hewan sehingga
kepercayaan peternak kepada dokter hewan tinggi. Perubahan kebiasaan ke arah
yang lebih baik dari peternak tradisional dapat meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi susu dalam negeri serta dengan kampanye akan lebih baiknya
konsumsi susu segar dapat meningkatkan konsumsi susu oleh rakyat Indonesia.
Pembangunan manusia tercapai dengan terpenuhinya kebutuhan gizi rakyat
Indonesia yang membuat rakyatnya sehat, kuat, dan cerdas untuk mewujudkan MDG’s
2015.