Minggu, 14 Juli 2013

Puasa itu Obat

(Oleh: Furqan Daniel Akhsani Taqwim) Islam merupakan Agama yang Rahmatan Lil Alamin. Hal ini di perjelas dengan segalah bentuk ibadahnya yang penuh dengan rahmat. Contonya, ketika seseorang menunaikan ibadah Sholat, baik secara Fisik maupun Psikologi akan mengalami perubahan yang sangat baik Apabila sholat tersebut dilakukan dengan baik dan ketika seseorang membaca Al qur’an, secara tidak langsung gelombang bunyi yang terpancar akan merespon Otak untuk meningkatkan kinerjanya. Bagaimana dengan puasa? Banyak sekali orang mengeluh tentang puasa. Mereka berpendapat bahwa puasa bisa menurunkan kinerja mereka bekerja. Apalagi puasa tersebut dilakukan selama 30 hari. Oleh karena itu, mereka berfikir lebih baik tidak melakukan hal itu, karna apabila kinerja mereka menurun, pendapatan mereka pun juga menurun. Presepsi diatas sebenarnya salah total, karna Puasa pun memiliki manfaat baik itu Psikologi maupun secara Fisik. Apalagi sebagai umat muslim yang sudah berkewajiban untuk menunaikannya, karena Puasa termasuk Rukun Islam yang harus dilaksanakan, Apabila tidak di lakukan makan akan mendapat dosa. Allah SWT pun telah memerintahkan umat muslim untuk melaksanakan ibadah puasa pada Qs Al baqarah 183:
Segala perintah Allah SWT pasti memiliki hal positif untuk umatnya apabila mau mengkaji lebih dalam. Menurut Danasukarto (1989) ditinjau dari sudut kesehatan, puasa dapat memberi manfaat dalam dua segi, yaitu segi kesehatan jasmaniah dan kesehatan rohaniah. Dari segi kesehatan jasmaniah, manfaat yang dapat diperoleh antara lain : (1) kondisi alat pencernaan akan terpelihara dengan baik; (2) kemungkinan kegemukan (obesitas) akan lebih kecil; (3) aliran darah ke seluruh tubuh menjadi lebih lancar; (4) bahaya penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit gula (diabetes mellitus), penyakit pembuluh darah (atherosklerosis) dan penyakit jantung lebih kecil; (5) aktivitas seksual dapat terkendali dengan baik; (6) proses berpikir menjadi lebih lancar; dan (7) kemungkinan terkena penyakit akibat faktor kejiwaan (psikomatik) lebih kecil. Kutipan diatas terbukti dengan hasil penelitian yang telah di simpulkan sebagai mana berikut: (1) Puasa akan menjaga kondisi Alat pencernaan dan kemungkinan Obesitas kecil, karena ketika berpuasa tubuh melakukan pembersihan sisa-sisa dan endapan makanan, mengurangi kegemukan, dan kelebihan lemak di perut. (2) Saat puasa pun, keadaan psikologis yang tenang, teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat menurunkan adrenalin. Saat marah terjadi peningkatan jumlah adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pebuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah rterial dan menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya. (3) Dr. E.A. Moras (ilmuwan Psikiater), mengatakan bahwa seorang pasien wanitanya telah menderita sakit mental selama lebih dari delapan bulan. Wanita itu telah berobat kesana-kemari termasuk ke para ahli saraf dengan hasil kurang memuaskan. Ia memintanya untuk berpuasa. Wanita itu mengalami perbaikan kondisi mental, dan bahkan dinyatakan sembuh setelah berpuasa selama lima minggu. Di dalam otak kita, ada sel yang disebut dengan “neuroglial cells”. Fungsinya adalah sebagai pembersih dan penyehat otak. Saat berpuasa, sel-sel neuron yang mati atau sakit, akan“dimakan” oleh sel-sel neuroglial ini. (4) Sebuah tulisan penelitian yang dilakukan Dr. Ratey, seorang psikiaters dari Harvard, mengungkapkan bahwa pengaturan dan pembatasan asupan kalori akan meningkatkan kinerja otak. Dr. Ratey melakukan penelitian terhadap mereka yang berpuasa dan memantau otak mereka dengan alat yang disebut “functional Magnetic Resonance Imaging” (fMRI). Hasil pemantauan itu menyimpulkan bahwa setiap individu obyek menunjukkan aktivitas “motor cortex” yang meningkat secara konsisten dan signifikan. (5) Dalam sebuah jurnal endokrin dan metabolisme dilaporkan penelitian puasa dikaitkan dengan hormon dan kemampuan seksual laki-laki. Penelitian tersebut mengamati kadar hormon kejantanan (testoteron), perangsang kantung (FSH) dan lemotin (LH). Terjadi perubahan kadar berbagai hormon tersebut dalam tiap minggu. Dalam tahap awal didapatkan penurunan hormon testoteron yang berakibat penurunan nafsu seksual tetapi tidak menganggu jaringan kesuburan. Namun hanya bersifat sementara karena beberapa hari setelah puasa hormon testoteron dan performa seksual meningkat pesat melebihi sebelumnya. Dan cara berpuasa yang baik adalah Saat sahur makan dengan kadar protein tinggi, agar makanan tersebut tertahan dalam lambung lebih lama. Pencernaan dan penyerapan protein juga lebih lama dibandingkan makanan yang kadar karbohidratnya tinggi. Minum segelas susu, terutama untuk anak-anak dan remaja sangat penting. Orang dewasa dapat memilih susu tanpa lemak. Suplemen multivitamin dan mineral boleh dikonsumsi pada waktu sahur untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Apabila tidak bisa makan sahur dalam bentuk nasi, dapat diganti dengan roti dan isinya atau bubur havermouth (Sekarindah 2002). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, puasa sangat baik dilakukan oleh manusia, karena dampak positif dari hasil peneilitiannya menunjukkan bahwa puasa dapat mengantisipasi penyakit bahkan bisa menyembuhkan penyakit. Akan tetapi, Allah SWT memberikan keringanan juga kepada manusia dalam kondisi tertentu untuk tidak melakukan puasa seperti sedang sakit, musyafir dsb. Contoh nya ketika sakit diabetes yang sudah parah, jantung koroner, batu ginjal dan penyakit yang membuat tubuh menjadi lemas dan di harus kan oleh tim medis untuk makan dan minum, itu diperboleh kan tidak berpuasa, dan keadaan melakukan perjalanan jauh yang di niatkan untuk kebaikan, boleh tidak berpuasa ( Makruh).