Rabu, 17 September 2014

Mereka Bilang Aku Kafir

Sebuah novel yang diluncurkan pada saat yang tepat. Saat media marak memberitakan tentang jamaah-jamaah yang mengajarkan aliran yang dianggap sesat, saat masyarakat resah dan merasa terganggu dengan keberadaan mereka, saat itulah novel ini dilempar ke pasaran.

"Mereka Bilang Aku Kafir, novel pertobatan seorang anggota aliran sesat" ditulis oleh Muhammad Idris, diterbitkan oleh Hikmah, Oktober 2007, 237 halaman. Sebuah novel yang berdasarkan pengalaman pribadi penulis, yang mengisahkan tentang bagaimana seorang alumni pesantren bisa terjebak dengan fanatisme buta di dalam sebuah organisasi yang mengajarkan agama yang menyimpang dari akarnya.

Tersesat dalam Pencarian Diri

Idris baru saja lulus dari pondok pesantren, ia kembali ke rumahnya di Jakarta dengan harapan selanjutnya akan melanjutkan ke bangku kuliah. Di masjid dekat rumahnya ia berkenalan dengan Pak Hanafi, seseorang yang berpenampilan sangat kharismatik. Pak Hanafi mengajak Idris untuk mengikuti sebuah pengajian di rumahnya yang bisa memahami Al-Qur'an hanya dalam waktu seminggu. Idris yang masih sangat haus akan ilmu agama langsung menerimanya.

Dengan cara yang sangat halus, ternyata Pak Hanafi mengajak Idris untuk mengikuti sebuah organisasi yang menganut pemahaman agama Islam yang berbeda dari Islam yang dipahami umum. Perlahan lahan Idris mulai terjerat dalam jaringan jamaah yang bertujuan mendirikan negara RII yang sepenuhnya berdasarkan syariah Islam. Kelompok itu sendiri menyebut dirinya sebagai KR-9 (Kelompok Regional 9).

Idris kemudian mengikuti semacam training yang mendalami ajaran-ajaran yang diyakini dan dijalankan oleh jamaah tersebut. Dalam training juga diajarkan trik-trik bagaimana mengajak orang lain untuk bergabung. Dengan cara yang sangat sistematis, anggota-anggota baru dicuci otak dan menjadi semakin fanatik terhadap organisasi ini. Mereka diminta untuk merekrut sebanyak mungkin orang, dan juga menyumbang sebanyak mungkin harta untuk kepentingan KR-9

Selanjutnya aktivitas Idris sehari2 sepenuhnya untuk KR-9. Hingga kemudian Idris bahkan ditawari untuk menjadi guru di pesantren modern Al-Jannah milik KR-9. Ia pindah dari Jakarta untuk menetap di Al-Jannah dan melupakan cita-citanya untuk melanjutkan kuliah.

Idris tampaknya sudah mantap menggantungkan hidupnya demi KR-9. Meskipun di Al Jannah ia hidup sangat sederhana di antara bangunan pondok yang sangat megah. Bahkan akhirnya ia menikah dengan salah seorang guru wanita sesama pengikut KR-9 di Al-Jannah.

Titik balik mulai terjadi ketika Idris memiliki bayi kecil yang harus tinggal dalam lingkungan Al-Jannah. Hati Idris pun mulai terbuka dan memberontak. Sebuah kesempatan akhirnya terbuka bagi Idris dan anak istrinya untuk keluar dari Al-Jannah dan memulai sebuah hidup yang sama sekali baru.

Dituding Kafir

Sebuah perjalanan hidup yang sangat menarik untuk diikuti sebagai sebuah pelajaran bagi semua orang agar tidak mudah terjebak dalam sebuah ajaran yang menyesatkan. Mereka yang mengajarkan hal-hal semacam itu kebanyakan telah memahami psikologi manusia dan sangat lihai dalam mempengaruhi orang membuat mereka percaya akan suatu ajaran baru. Segalanya telah disiapkan dengan rapi untuk membuat setiap orang mudah terjebak.

Idris dalam hal ini terjebak dengan tudingan "kafir" yang dialamatkan padanya oleh Pak Hanafi dan teman2nya. Tudingan "kafir" membuatnya memberontak. Tapi jebakan telah disiapkan, semakin ia memberontak semakin erat ia terjerat. Dan ketika Idris akhirnya tak berdaya lagi untuk memberontak, ia menyatakan bersedia ikut menjalani apa yang diyakini Pak Hanafi. Ajaran dan aturan dari organisasi KR-9 telah menjadi sebuah dogma agama yang baru bagi Idris. Dan agama bagi Idris adalah segala-galanya yang harus ia perjuangkan sampai mati. Para perancang ajaran KR-9 sangat memahami hal itu dan memanfaatkannya.

Fanatisme buta juga dijadikan alat dalam menjaga anggota jamaah ini untuk tetap taat terhadap ajaran KR-9. Mereka selalu mengucapkan "Sami'na wa atha'na" setiap kali mendapat perintah. Saya mendengar dan saya taat. Betapapun sebenarnya mereka tidak bisa menerima perintah itu karena tidak wajar. Itu yang diajarkan, dan membangkang berarti kafir...

Serigala Berkedok Agama

Entah apa tujuan orang-orang yang membangun organisasi yang mengajarkan tuntunan hidup yang menyimpang dari ajaran agama yang ada. Kebanyakan tampaknya adalah bertujuan untuk kepentingan dirinya sendiri. Memanfaatkan orang lain yang sudah tercocok hidungnya.

Beberapa mungkin memang sangat idealis dan meyakini kebenaran penafsiran barunya terhadap ajaran agama yang ada. Beberapa hanya ingin membuat ajaran agama yang lebih ringan tanpa banyak ritual dan larangan. Beberapa lagi mungkin ingin menunjukkan eksistensi diri agar menjadi pemimpin dengan banyak penganut setia. Tapi beberapa lagi yang lain ternyata ada yang bertujuan memperkaya diri sendiri dari sumbangan para pengikut.

Dan mengemas semua itu dalam kedok ajaran agama adalah sebuah kelicikan yang sangat cerdas. Orang Indonesia yang rata2 masih taat kepada agama, seringkali menjadi mangsa empuk bagi mereka. Bukan hanya mereka yang tidak begitu paham tentang agama, tapi bahkan lulusan pesantren seperti Idris ini bisa dijerat.

Berani Membuka Aib Masa Lalu

Buku ini lumayan enak dibaca. Memberikan banyak pemahaman kepada pembaca, bagaimana seseorang bisa sampai terjerat dalam ajaran yang menyimpang. Mungkin bisa juga menjadi bekal bagi semua orang agar tidak mengulangi kesalahan serupa yang telah dilakukan Idris.

Buku ini membahas semua aspek kehidupan tokoh Idris. Mungkin juga sebetulnya ini adalah memoar dari kehidupan Idris yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa hingga menjadi novel. Tapi buku ini bukanlah investigasi lengkap tentang kehidupan organisasi menyimpang tersebut, karena di dalamnya banyak cerita keseharian Idris selama di Al-Jannah.

Meskipun semua nama tokoh, organisasi, waktu dan tempatnya telah disamarkan dari kisah aslinya, tetapi keberanian Muhammad Idris untuk mengungkapkannya kepada publik sungguh sebuah keberanian yang patut diacungi jempol. Idris harus mengorek-orek luka lama dan membuka aibnya untuk menulis buku ini, dan itu pasti tidak mudah. Apalagi saat ini Idris harus kembali memulai hidupnya dari nol, karena sekian tahun dari usianya telah terbuang untuk mengabdi kepada organisasi sesat tersebut.

Tapi tentunya itu bukanlah sebuah kesia-siaan, karena dengan demikian Idris bisa bercerita kepada banyak orang untuk tidak mengulangi kesalahannya.

Sabtu, 06 September 2014

Awas Jangan Standar Ganda



Salah satu contoh standard ganda

Menurut Wikipedia, Kemunafikan (Hypocrisy) adalah perilaku mengakui/menganggap memiliki keyakinan, perasaan, moral atau nilai-nilai yang sebenarnya tidak dimiliki atau dipraktekkan. Menurut kamus Webster, Hypocrite adalah seseorang yang mengaku memiliki nilai-nilai, moral atau keyakinan, tetapi sebenarnya tidak punya dan tindakannya bertolak belakang dengan apa yang dinyatakan di publik dalam kehidupan prbadi, opini dan pernyataannya. Jadi ada perbedaan antara teori dan prakteknya. Membenarkan tindakan/perilaku seseorang sementara menyalahkan orang lain yang memiliki hak dan kedudukan yang sama juga termasuk dalam definisi Kemunafikan, namun ada istilah lain yang cocok untuk hal ini yaitu Standar Ganda (double standard). Konsep standar ganda telah diterapkan sejak tahun 1872 terhadap fakta struktur moral yang sering diterapkan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Penerapan Standar Ganda
Sampai saat ini, kita terbiasa menggunakan standar yang berbeda dalam menilai perbuatan pihak yang satu dengan pihak yangsatunya . Seringkali kita menyalahkan pihak pertama atas suatu kesalahan, namun apabila pihak kedua yang melakukannya, kita akan menjadi sangat pemaaf. Terdapat suatu peribahasa orang jawa “wit gedhang uwohe pakel, ngomonge gampang nglakoni angel” . betapa mudah kita menyalahkan pihak pertama, atau memandang negatif perbuatan pihak pertama, atau memberikan penilaian jelek kepada pihak pertama. Tetapi memaafkan pihak kedua untuk kesalahan yang sama, ataupun yang lebih besar.

Kenapa Standar Ganda terjadi?
  1.  Adanya Propaganda untuk menjatuhkan pihak tertentuHal ini adalah salah satu faktor utama kenapa Standar Ganda sering terjadi di dunia ini. Kehausan akan kemenangan dengan menghalalkan segala cara membuat banyak praktisi politik dengan menerapkan strategi dan taktik untuk menjatuhkan lawannya dengan menebarkan isu-isu agar dapat menjatuhkan elektabilitas lawannya. Namun pada kenyataannya apabila terdapat teman satu partainya yang melakukannya. Maka dia akan diam. Terlebih lagi mencritakan tindakan tersebut sebagai suatu hal yang sangat positif.
  2. Saya selalu benar.  - Praktek standar ganda sering terjadi dalam kehidupan berumah tangga. Hal ini sering diterapkan oleh orang yang lebih tua terhadap anggota yang masih muda dalam rumah tersebut. Hal2 ini sering diterapkan meskipun tidak secara sengaja.
  3. Nope. U always False - Ini adalah counterpart dari alasan nomor 2. Sering sekali kita jumpai standar ganda karena kita tidak menyukai seseorang. Sehingga kita sering menggunakan argumen2 argumentum ad hominem tipe 2 kepada orang2 tsb. Berbeda dari argumentum ad hominem Tipe I, ad hominem Tipe II menitikberatkan pada perhubungan antara keyakinan seseorang dan lingkungan hidupnya. Pada umumnya ad hominem Tipe II menunjukkan pola pikir yang diarahkan pada pengutamaan kepentingan pribadi, sebagai contoh: suka-tidak suka, kepentingan kelompok-bukan kelompok, dan hal-hal yang berkaitan dengan SARA.

Contoh : berikut ini anekdot yang sering/pernah terjadi didalam kehidupan.

Standar Ganda antar kelompok : kelompok dalam hal ini dapat dikatakan sebagai ormas, parpol ataupun kelompok-kelompoklainnya. Sering kita kritik dan kita persoalkan perilaku dari kelompok lain karena kesalahan yang telah mereka lakukan. Tapi apabila kelompok kita yang melakukan, kita diam dan memaafkan.
Salah satu standar ganda yang telah terjad adalah standar ganda dalam pembentukan opini yang dilakukan oleh ***payungan. Standar ganda tersebut adalah pemberitaan tentang Dirut PT KAI, Ignasius Jonan, yang tertangkap kamera saat tertidur lelap di kereta api ekonomi ketika perayaan lebaran lalu.Berita tersebut dianggap akal-akalan atau pencitraan semata oleh ***payungan, namun disaat yang lain ketika Gubernur Sumatra Utara, Gatot Pujo Nugroho, tertidur di Masjid saat i’tikaf bersama warga dicitrakan positif luar biasa. Hal ini terjadi diduga karena Jonan bukanlah kader atau pro partai tersebut sehingga harus dicitrakan negatif, sementara Gatot tentu saja pro partai tersebut karena beliau adalah kader partai tersebut, sehingga harus dicitrakan positif.

Standar Ganda dalam hubungan internasional : standar ganda ini sering dilakukan oleh negara negara adidaya terhadap negara-negara yang dianggap lemah. Mari kita renungkan, siapa yang diakatakan sebagai teroris dalam konflik antara israel dengan palestina? Siapa yang dikatakan teroris dalam invasi amerika di irak? Lantas, siapa yang sesungguhnya teroris dalam invasi amerika di afghanistan?

Standar Ganda dalam keluarga :
Terdapat satu keluarga, terdiri dari bapak, ibu, anak perempuan dan anak laki-laki. Suatu waktu bapak dan anak laki-laki sedang menonton televisi di ruang keluarga. Sedangkan ibu dan anak perempuan sedang mencuci piring di dapur. Kemudian terdengar bunyi piring pecah dari dapur. Setelah itu semuanya menjadi diam. Sang bapak kemudian berkata kepada anak laki-laki, “apakah kamu tahu siapa yang memecahkan piringnya?”. Anak laki-laki kemudian menjawab, “tidak, saya tidak tahu siapa yang memecahkan piringnya”. Sang bapak kemudian berkata lagi, “bagus karena itu dengarkan. Apabila ibumu yang memecahkannya, maka maafkanlah dia. Namun apabila yang memecahkan piringnya kamu atau kakak perempuanmu, maka mintalah ibumu untuk memaafkanmu sebagaimana kamu telah memaafkan ibumu ketika ibumu yang memecahkannya”

Konklusi?
Standar ganda adalah hal yang berbahaya apabila dilakukan. Hal ini akan mengundang dosa. Apalagi standar ganda adalah turunan dari sifat2 munafik. Dalam al-quran allah berfirman :
(إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (١٤٥
Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Q.s An-Nisaa:145)


oleh : Dimas Kurnia Arsy - 2013

Rabu, 03 September 2014

Degradasi Pergerakan Mahasiswa pada Era Reformasi

   Mahasiswa adalah manusia intelektual yang masih belajar tentang bagaimana caranya menjadi intelektual sesungguhnya. Intelektual disini mempunyai maksud yaitu cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan serta berwawasan luas. Seorang mahasiswa dapat dilihat intelektualitasnya berdasarkan sikap kritis dan bagaimana dia membuat gerakan yang terus mengkritisi lingkungan sekitarnya serta dapat memberikan solusi atas masalah tersebut. Jika kita lihat salah satu implementasi dari kekritisan mahasiswa yaitu adalah pergerakannya. Pergerakan ini biasa dilakukan sebagai follow up dari hasil kajian suatu masalah yang telah dikaji dan ditemukan solusinya.

    Kondisi dan pergerakan mahasiswa pada orde lama sangatlah hidup. Ini dikarenakan kondisi mahasiswa yang terpengaruh oleh dinamika politik yang ada pada jaman itu. Pada saat itu konisi pergejolakan politik sangatlah panas, dimana terjadi cinta segitiga antara Soekarno, Militer, dan PKI. Sikap kritis yang timbul pada mahasiswa juga dikarenakan kondisi masyarakat Indonesia yang pada saat itu sangat mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya dan adanya sikap kepemimpinan Soekarno yang diktator ini ditunjukkan dengan adanya implementasi sistem demokrasi terpimpin dan terciderainya demokrasi yang dijanjikan dengan diangkatnya Soekarno menjadi presiden seumur hidup oleh MPR.

Keresahan para mahasiswa pun mencapai puncaknya yaitu ketika terjadi insiden G30S/PKI pada tahun 1965 dimana satu kapten dan enam perwira tinggi militer Indonesia diculik dan dibunuh dalam percobaan kudeta yang dilakukan Partai Komunis Indonesia. Akhirnya para mahasiswa pun bergabung dan membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) pada 27 oktober 1965. KAMI terdiri dari gabungan beberapa organisasi mahasiswa yaitu HMI, GMNI, GMKI, GEMSOS, dan PEMKRI. Pada tahun 1966 Kami pun turun ke jalan dalam skala nasional dengan tiga tuntutan rakyat yang dikenal TRITURA yaitu pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya, perombakan kabinet DWIKORA, serta turunkan harga dan perbaiki sandang – pangan. Pergerakan KAMI pun mencapai puncaknya dimana berhasil menurunkan rezim orde lama dan melahirkan rezim orde baru.

Kondisi dan pergerakan Mahasiswa pada orde baru bisa dibilang sangatlah sulit dan penuh tantangan ini dikarenakan rezim orde baru yang dipimpin Soeharto ternyata menganut teori kekuasaan Machiavelli dimana dalam mencapai sesuatu yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara bahkan membunuh atau lebih singkatnya lagi politik hanya dilihat sebelah mata yaitu bagaimana berkuasa dan mempertahankannya. Saat orde baru kepemimpinan Soeharto menunjukkan kepemimpinan yang diktator, segala bentuk ancaman terhadap kepemimpinannya langsung ditiadakan. Saat inilah para mahasiswa mulai merasa geram dengan kepemimpinan soeharto yang terus menunjukkan kediktatoran dan banyak melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).

Keresahan para mahasiswa pun  sampailah pada puncaknya yang ditandai dengan peristiwa malari (Malapetaka lima belas januari) pada tahun 1974. Ini adalah perlawanan mahasiswa pertama pada rezim Soeharto dimana para mahasiswa merasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah berkerjasama dengan pihak asing untuk pembangunan nasional karena mereka menilai kerja sama ini tidak lagi berhaluan kepada pembangunan yang mementingkan rakyat. Pergerakan mahasiswa ini terus berlanjut sampai pada puncaknya pada tahun 1998 demonstrasi besar-besaran terjadi. Gedung DPR/MPR berhasil diduduki oleh para mahasiswa. Soeharto pun akhirnya menyatakan mengundurkan diri dan lahirlah era baru yang bernama reformasi.

Era Reformasi merupakan cita-cita rakyat Indonesia. Cita-cita untuk mendapatkan hak asasi manusia yaitu menyatakan pendapat, bebas mengeksplorasi segala ilmu pengetahuan yang ada, mendapatkan kehidupan yang adil dan makmur, dan dapat mengembalikan Indonesia menjadi sebuah negara oligarki bukan tirani.

    Kini Era Reformasi telah terbentuk tetapi sangat disayangkan jiwa pemuda-pemuda Indonesia khususnya mahasiswa bukan semakin mengalami kemajuan tapi mengalami kemunduran yang sangat pesat. Mahasiswa di era Reformasi semakin tidak peka terhadap lingkungan sekitar, cenderung apatis dan semakin menjadi manusia-manusia yang mengedepankan individualismenya bukan mengedepankan kebersamaan demi masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Mental para mahasiswa semakin lemah ini ditandai dengan timbulnya sifat pragmatis dan opportunis.

Mahasiswa seharusnya semakin menjaga idealisme dan independensinya, tetapi kini semua telah luntur dikarenakan sikap para mahasiswanya yang semakin opportunis. Jika kita lihat banyak organisasi-organisasi mahasiswa intra maupun ekstra yang tidak malu bahkan bangga mendapatkan sokongan dana dari partai politik. Organisasi-organisasi seperti ini terus menghalalkan segala acara untuk tetap mempertahankan eksistensi para penyokong dananya. Inilah sebetulnya salah satu sebab hilangnya idealis seorang mahasiswa yang seharusnya terus melakukan analisis dan terus mengkritisi setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

    Setiap tahun selalu muncul para mahasiswa baru yang tidak mendapatkan pencerdasan intelektual sehingga sikap dan sifat yang dibawa oleh mereka dari SMA tidak hilang bahkan menjadi mendarah daging. Inilah yang menyebabkan dari tahun ke tahun Mahasiswa semakin apatis. Mungkin ini juga salah satu dampak dari strategi sistem SKS (satuan kredit semester) dan tugas dari dosen yang menumpuk sehingga mengakibatkan para mahasiswa tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan intelektualitas dan sikap kritisnya.

     sikap mahasiswa ini dapat menyebabkan bangsa kita mengalami keterpurukan dikarenakan tidak adanya Sumber Daya Manusia penerus yang mampu membuat pembaruan-pembaruan yang dibuat berdasarkan masalah yang terjadi pada masyarakat dengan menggunakan disiplin ilmu yang dipelajari. Sifat individualism ini juga dapat menyebabkan hilangnya rasa persatuan dan kesatuan serta semangat gotong royang dalam membangun Negara Republik Indonesia yang adil dan makmur.

    Oleh sebab itu Pada saat inilah diperlukan sebuah organisasi yang tetap menjaga independensinya bergerak dan menyelamatkan mereka dari lautan apatis dan strategi penanaman individualisme ini. Pada era ini  kita sebagai mahasiswa juga  harus memiliki sikap yang kritis, berani menyuarakan kebenaran dan keadilan. Kita juga harus semakin membuka pikiran, wawasan, dan kepedulian terhadap sesama bukan menjadi manusia yang meninggikan Ego dalam dirinya serta keuntungannya sendiri. Jujur penulis kecewa dan sedih akan mahasiswa di jaman Reformasi ini.

Penulis merasa kita bagaikan bebas dan menamakannya reformasi tetapi ternyata hanyalah kesemuan harapan yang dapat ditemui. Bagi penulis jaman reformasi sama saja seperti gelas yang tidak memiliki lapisan yang kuat serta tidak berisi air-air yang bersih. Oleh sebab itu penulis mengajak para mahasiswa untuk meningkatkan semangat pergerakan, entah itu dari tulisan, forum diskusi, maupun demonstrasi tetapi tetap dengan tujuan mewujudkan cita-cita dari reformasi yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta terus mengawal dan menganalisi proses jalannya pemerintahan juga ikut turut serta membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. “WAHAI PEMUDA BANGSA TETAPLAH MENJADI PEMUDA PENOPANG BANGSA. TETAPLAH MENJADI TIANG BAGI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA”.
 
Penulis : Putratama Geza Nur 'Adli