Rabu, 03 September 2014

Degradasi Pergerakan Mahasiswa pada Era Reformasi

   Mahasiswa adalah manusia intelektual yang masih belajar tentang bagaimana caranya menjadi intelektual sesungguhnya. Intelektual disini mempunyai maksud yaitu cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan serta berwawasan luas. Seorang mahasiswa dapat dilihat intelektualitasnya berdasarkan sikap kritis dan bagaimana dia membuat gerakan yang terus mengkritisi lingkungan sekitarnya serta dapat memberikan solusi atas masalah tersebut. Jika kita lihat salah satu implementasi dari kekritisan mahasiswa yaitu adalah pergerakannya. Pergerakan ini biasa dilakukan sebagai follow up dari hasil kajian suatu masalah yang telah dikaji dan ditemukan solusinya.

    Kondisi dan pergerakan mahasiswa pada orde lama sangatlah hidup. Ini dikarenakan kondisi mahasiswa yang terpengaruh oleh dinamika politik yang ada pada jaman itu. Pada saat itu konisi pergejolakan politik sangatlah panas, dimana terjadi cinta segitiga antara Soekarno, Militer, dan PKI. Sikap kritis yang timbul pada mahasiswa juga dikarenakan kondisi masyarakat Indonesia yang pada saat itu sangat mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya dan adanya sikap kepemimpinan Soekarno yang diktator ini ditunjukkan dengan adanya implementasi sistem demokrasi terpimpin dan terciderainya demokrasi yang dijanjikan dengan diangkatnya Soekarno menjadi presiden seumur hidup oleh MPR.

Keresahan para mahasiswa pun mencapai puncaknya yaitu ketika terjadi insiden G30S/PKI pada tahun 1965 dimana satu kapten dan enam perwira tinggi militer Indonesia diculik dan dibunuh dalam percobaan kudeta yang dilakukan Partai Komunis Indonesia. Akhirnya para mahasiswa pun bergabung dan membentuk KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) pada 27 oktober 1965. KAMI terdiri dari gabungan beberapa organisasi mahasiswa yaitu HMI, GMNI, GMKI, GEMSOS, dan PEMKRI. Pada tahun 1966 Kami pun turun ke jalan dalam skala nasional dengan tiga tuntutan rakyat yang dikenal TRITURA yaitu pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya, perombakan kabinet DWIKORA, serta turunkan harga dan perbaiki sandang – pangan. Pergerakan KAMI pun mencapai puncaknya dimana berhasil menurunkan rezim orde lama dan melahirkan rezim orde baru.

Kondisi dan pergerakan Mahasiswa pada orde baru bisa dibilang sangatlah sulit dan penuh tantangan ini dikarenakan rezim orde baru yang dipimpin Soeharto ternyata menganut teori kekuasaan Machiavelli dimana dalam mencapai sesuatu yang diinginkan dengan menghalalkan segala cara bahkan membunuh atau lebih singkatnya lagi politik hanya dilihat sebelah mata yaitu bagaimana berkuasa dan mempertahankannya. Saat orde baru kepemimpinan Soeharto menunjukkan kepemimpinan yang diktator, segala bentuk ancaman terhadap kepemimpinannya langsung ditiadakan. Saat inilah para mahasiswa mulai merasa geram dengan kepemimpinan soeharto yang terus menunjukkan kediktatoran dan banyak melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).

Keresahan para mahasiswa pun  sampailah pada puncaknya yang ditandai dengan peristiwa malari (Malapetaka lima belas januari) pada tahun 1974. Ini adalah perlawanan mahasiswa pertama pada rezim Soeharto dimana para mahasiswa merasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah berkerjasama dengan pihak asing untuk pembangunan nasional karena mereka menilai kerja sama ini tidak lagi berhaluan kepada pembangunan yang mementingkan rakyat. Pergerakan mahasiswa ini terus berlanjut sampai pada puncaknya pada tahun 1998 demonstrasi besar-besaran terjadi. Gedung DPR/MPR berhasil diduduki oleh para mahasiswa. Soeharto pun akhirnya menyatakan mengundurkan diri dan lahirlah era baru yang bernama reformasi.

Era Reformasi merupakan cita-cita rakyat Indonesia. Cita-cita untuk mendapatkan hak asasi manusia yaitu menyatakan pendapat, bebas mengeksplorasi segala ilmu pengetahuan yang ada, mendapatkan kehidupan yang adil dan makmur, dan dapat mengembalikan Indonesia menjadi sebuah negara oligarki bukan tirani.

    Kini Era Reformasi telah terbentuk tetapi sangat disayangkan jiwa pemuda-pemuda Indonesia khususnya mahasiswa bukan semakin mengalami kemajuan tapi mengalami kemunduran yang sangat pesat. Mahasiswa di era Reformasi semakin tidak peka terhadap lingkungan sekitar, cenderung apatis dan semakin menjadi manusia-manusia yang mengedepankan individualismenya bukan mengedepankan kebersamaan demi masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Mental para mahasiswa semakin lemah ini ditandai dengan timbulnya sifat pragmatis dan opportunis.

Mahasiswa seharusnya semakin menjaga idealisme dan independensinya, tetapi kini semua telah luntur dikarenakan sikap para mahasiswanya yang semakin opportunis. Jika kita lihat banyak organisasi-organisasi mahasiswa intra maupun ekstra yang tidak malu bahkan bangga mendapatkan sokongan dana dari partai politik. Organisasi-organisasi seperti ini terus menghalalkan segala acara untuk tetap mempertahankan eksistensi para penyokong dananya. Inilah sebetulnya salah satu sebab hilangnya idealis seorang mahasiswa yang seharusnya terus melakukan analisis dan terus mengkritisi setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

    Setiap tahun selalu muncul para mahasiswa baru yang tidak mendapatkan pencerdasan intelektual sehingga sikap dan sifat yang dibawa oleh mereka dari SMA tidak hilang bahkan menjadi mendarah daging. Inilah yang menyebabkan dari tahun ke tahun Mahasiswa semakin apatis. Mungkin ini juga salah satu dampak dari strategi sistem SKS (satuan kredit semester) dan tugas dari dosen yang menumpuk sehingga mengakibatkan para mahasiswa tidak mempunyai waktu untuk mengembangkan intelektualitas dan sikap kritisnya.

     sikap mahasiswa ini dapat menyebabkan bangsa kita mengalami keterpurukan dikarenakan tidak adanya Sumber Daya Manusia penerus yang mampu membuat pembaruan-pembaruan yang dibuat berdasarkan masalah yang terjadi pada masyarakat dengan menggunakan disiplin ilmu yang dipelajari. Sifat individualism ini juga dapat menyebabkan hilangnya rasa persatuan dan kesatuan serta semangat gotong royang dalam membangun Negara Republik Indonesia yang adil dan makmur.

    Oleh sebab itu Pada saat inilah diperlukan sebuah organisasi yang tetap menjaga independensinya bergerak dan menyelamatkan mereka dari lautan apatis dan strategi penanaman individualisme ini. Pada era ini  kita sebagai mahasiswa juga  harus memiliki sikap yang kritis, berani menyuarakan kebenaran dan keadilan. Kita juga harus semakin membuka pikiran, wawasan, dan kepedulian terhadap sesama bukan menjadi manusia yang meninggikan Ego dalam dirinya serta keuntungannya sendiri. Jujur penulis kecewa dan sedih akan mahasiswa di jaman Reformasi ini.

Penulis merasa kita bagaikan bebas dan menamakannya reformasi tetapi ternyata hanyalah kesemuan harapan yang dapat ditemui. Bagi penulis jaman reformasi sama saja seperti gelas yang tidak memiliki lapisan yang kuat serta tidak berisi air-air yang bersih. Oleh sebab itu penulis mengajak para mahasiswa untuk meningkatkan semangat pergerakan, entah itu dari tulisan, forum diskusi, maupun demonstrasi tetapi tetap dengan tujuan mewujudkan cita-cita dari reformasi yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, serta terus mengawal dan menganalisi proses jalannya pemerintahan juga ikut turut serta membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. “WAHAI PEMUDA BANGSA TETAPLAH MENJADI PEMUDA PENOPANG BANGSA. TETAPLAH MENJADI TIANG BAGI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA”.
 
Penulis : Putratama Geza Nur 'Adli 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar