Sabtu, 20 Desember 2014

PENGOBATAN PENYAKIT SOSIAL EKONOMI PETERNAK TRADISIONAL UNTUK MEWUJUDKAN MDG’s 2015


DI SUSUN OLEH : Rahmat Ramadoni

Indonesia menjadi salah satu dari 189 negara anggota PBB pengadopsi Millennium Developments Goals/MDG’s yang disepakati pada bulan September 2000 dan sedapat mungkin dapat terwujud di tahun 2015. MDG’s berfokus pada pembangunan manusia dengan 8 tujuan MDG’s antara lain,(1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, (2) mencapai pendidikan dasar untuk semua, (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, (4) menurunkan angka kematian anak, (5) meningkatkan kesehatan ibu, (6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, (7) memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan (8) membangun kemitraan global untuk pembangunan. Pembangunan manusia dalam pencapaian MDG’s tidak terlepas dari asupan nutrisi yang diperoleh saat masa pertumbuhan balita dan remaja sehingga terwujudnya manusia yang sehat, kuat, dan cerdas.
Nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh banyak yang berasal dari hewan, susu merupakan bahan pangan asal hewan yang kandungan gizinya cukup lengkap serta terdapat protein essenial yang dibutuhkan oleh tubuh. Tingkat konsumsi susu di Indonesia pada tingkat ASEAN hanya 12 liter per kapita per tahun jauh dibandingkan Thailand 22 liter per kapita per tahun dan malaysia 36 liter per kapita per tahun. Kebutuhan akan susu segar di Indonesia semakin meningkat tanpa diimbangi produksi, jadi hasil dalam negeri hanya mampu mencukupi 25% - 30% sedangkan 70% impor dari Australia, Perancis, dan Selandia Baru. Hampir 70% susu sapi yang beredar di Indonesia berasal dari negara maju yang kita sendiri tidak tahu bagaimana keamanan dan kualitasnya. Langkah-langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan susu nasional diperlukan peningkatan kuantitas serta kualitas benih/bibit sumber daya lokal, peningkatan produksi ternak, peningkatan produksi pakan ternak dan pengendalian/penanggulangan penyakit hewan.
Dokter hewan sebagai stakeholder di bidang peternakan mempunya potensi besar untuk meningkatkan produksi susu nasional dengan menjadi dokter hewan yang tidak hanya mengobati sapi yang sakit tetapi juga mengobati penyakit sosial ekonomi pada peternak tradisional dengan mengubah kebiasaan cara beternak peternak tradisional. Peternak tradisional di Indonesia rata-rata paling banyak mempunyai 3 ekor sapi betina dan orientasinya beternak hanya untuk menabung jadi manajemen beternak dan kesehatannya kurang diperhitungkan sehingga hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan apa yang telah dikerjakan.
Peternak memiliki kebiasaan yang kurang baik dalam manajemen pemeliharaannya, pakan yang diberikan hanya berupa hijauan yang memiliki kadar protein yang rendah dan kadang kala menggunakan jerami padi untuk pakan utama ketika musim kemarau. Penggunaan limbah pertanian kadang juga digunakan oleh peternak, limbah pertanian sebenarnya memiliki kandungan protein yang sangat tinggi jika dalam pemberian dan pengolahannya cukup baik. Teknologi pengolahan pakan yang sederhana dan tidak memerlukan peralatan sebenarnya sudah banyak diciptakan tetapi dalam pengaplikasian di peternak tradisional sangat jarang. Sosialisasi ke peternak tradisional untuk menggunakan teknologi pengolahan pakan juga tidak jarang dilakukan oleh pemerintah melalui dinas peternakan setempat tetapi pendampingan dan evaluasi jarang dilakukan. Pendampingan ke peternak dapat dilakukan dengan pendekatan kepercayaan, dokter hewan mempunyai potensi menjadi seorang yang dipercaya oleh peternak melalui kinerjanya dalam mendiagnosa dan mengobati sapi peternak yang sakit. Peternak lebih pecaya kepada dokter hewan yang telah mengobati sapi mereka hingga sembuh, dari kep­­ercayaan tersebut dokter hewan mempunyai peluang untuk menjelaskan dan membantu peternak untuk mengaplikasikan teknologi pengolahan pakan yang baik sehingga peternak mulai mau untuk belajar dan mengaplikasikan teknologi pengolahan pakan yang sederhana.
Sebagian besar susu hasil peternak tradisional masuk ke industri pengolahan susu (IPS), ketergantungan peternak pada industri pengolahan susu sangat tinggi karena belum mampu memasarkan susu segar langsung ke konsumen. Peternak terkadang juga menjadi pihak yang secara tidak lagsung dipermainkan oleh IPS dengan penerapan standard mutu susu segar yang sangat tinggi sehingga peternak tidak bisa menjual susu segar ke IPS. Buruknya mutu susu segar peternak dikarenakan peternak belum mampu menerapkan sanitasi yang bagus pada proses pemeliharaan dan pemerahan sapi mereka. Kandang sapi yang kotor mejadi sumber penyakit dan pencemaran bakteri pada susu segar, potensi sapi untuk sakit lebih besar saat berada pada kandang yang jarang dibersihkan begitu juga potensi cemaran bakteri pada susu lebih besar ketika kandang dan peralatan pemerahan susu tidak bersih. Dokter hewan seharusnya tidak datang ke peternak hanya untuk mengobati sapi yang sakit, penjelasan mengenai sanitasi yang baik lebih dibutuhkan oleh peternak, tidak cukup dengan memberikan penjelasan saja, dokter hewan bisa memberikan perbandingan bagaimana hasil dari sanitasi yang baik dan bagaimana hasil dari sanitasi yang buruk.
Peternak tradisional jarang atau hampir tidak pernah menghitung pekerjaannya dengan uang, mereka hanya berpikiran berapapun uang yang diterima dari penjualan susu segar itu sudah menjadi keuntungan mereka, padahal jika dihitung analisis ekonominya perbandingan pekerjaan yang mereka lakukan tidak sesuai dengan uang yang diterima dan risiko kerugian jika sapi mereka mati. Kerugian tanpa sadar tersebut bisa diperbaiki dengan pemberian pemahaman kepeda peternak akan perhitungan sederhana analisi ekonomi sehingga perlahan bisa mengubah kebiasaan dari beternak untuk menabung menjadi beternak untuk bisnis.
Ulasan pembahasan diatas memperlihatan bahwa perubahan atas penyakit sosial ekonomi peternak tradisional dapat dilakukan dengan pendekatan atas dasar profesionalisme dan integritas dokter hewan sehingga kepercayaan peternak kepada dokter hewan tinggi. Perubahan kebiasaan ke arah yang lebih baik dari peternak tradisional dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi susu dalam negeri serta dengan kampanye akan lebih baiknya konsumsi susu segar dapat meningkatkan konsumsi susu oleh rakyat Indonesia. Pembangunan manusia tercapai dengan terpenuhinya kebutuhan gizi rakyat Indonesia yang membuat rakyatnya sehat, kuat, dan cerdas untuk mewujudkan MDG’s 2015.