Rabu, 14 Januari 2015

Yang Terlupakan dari HMI

Dulu HmI di kenal dengan sebuah wadah yang mampu mencetak kader yang visioner, profesional dan kental akan intelektualitas islami dari masing- masing setiap kader. Hingga banyak sekali mahasiswa yang berbondong-bondong untuk masuk dan ingin berproses di Hmi itu sendiri. Tak melihat islam dari mana mereka, karena ketika bersatu dalam majelis diskusi, yang selalu mereka fikirkan adalah bagaimana cara setiap kader berperan untuk mewujudkan tujuan HmI yaitu sebagai kader dakwah yang berintelektual dan bertanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Dan semua itu terjawab dengan melahirkan beberapa tokoh pembawa perubahan di Indonesia, yaitu: Lafran Pane, Nurcholis Majid, Achmad Wahib, Munir, Dsb.
Yang menjadi pertanyaan adalah akan kah semua itu akan terjadi kembali? Atau kah semua itu hanya akan menjadi mataforgana kedepannya? Jikalau dilihat secara realita saat ini, HmI selalu diberitakan dengan informasi negatif baik itu tingkat Pengurus Besar hingga di komisariat, apakah itu DIPO atau MPO. Memang dinamika merupakan sebuah salah satu komponen terpenting dalam berorganisasi. Akan tetapi, dinamika yang terjadi kadang- kadang sampai dikategorikan berlebihan. Mungkin kesimpulan ini bisa salah akibat missing link dari informasi yang di tangkap. Tapi, hal inilah yang perlu diperbaiki dengan respon yang cepat dan tegas. Sehingga informasi yang tersebar bisa mengubah mindset orang awam atas dinamika di HmI ini.

Hal tersebut bisa terjadi jikalau setiap kader HmI mau berkomitmen untuk memperbaiki dari dalam. Memperbaiki bukan hanya sekedar konsep belaka, karena memperbaiki itu memadukan antara konsep dan eksekutor yang jelas sehingga dapat dirasakan semuanya. Konsep dan eksekutor pun harus memiliki landasan yang kuat, hingga pijakan dan arah gerak yang dituju pun jelas. Landasan itu tersimpul pada khittoh HmI. Khittoh merupakan sebuah garis besar arah pergerakan. Dan garis bersar arah pergerakan Hmi pun dapat tergambarkan pada tujuan HmI itu sendiri. Sehingga, dapat membentuk kader yang berintelektual, Profesional, dan bermanfaat baik di dunia dan di akhirat yang didasari oleh bertaqwa pada Allah SWT. Itulah yang terlupakan dari HmI.
Dari ini akan mencuat sebuah pertanyaan, bagaimanakah cara untuk mengembalikan hal itu? Mungkin ini merupakan cara sederhana yang pasti semua orang kader fikirkan, yaitu: merubah mindset tiap kader, memperbaiki komitmen, dan meningkatkan kepahaman mengenai hakekat, fungsi dan peran HmI itu sendiri. Yang nantinya dapat membantu kader Hmi untuk mencapai tujuan itu sendiri.

Merubah mindset tiap kader
Memang tidak mudah untuk mengubah mindset seseorang sehingga semuanya memiliki mindset yang sama. Meski begitu, pasti ada titik penengah yang menjadi pegangan bersama. Hal itulah yang nantinya akan menjadi sebuah tonggak tiap kader dalm berfikir dan bergerak. Semua itu dapat terealisasi dengan mengawali pengenalan HmI dengan cara yang Moderat dan tak bersifat pragmatis. Setalah itu kader berkewajiban untuk terjun bersama didalam masyarakat, baik itu masyarakat kampus, daerah sekitar, bahkan luar negeri. Disinilah dapat diketahui peran kita sebagai mahasiswa yang beragama islam dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.


Memperbaiki Komitmen
Ketika setiap kader mengetahui perannya dalam kehidupan masyarakat yang menyeluruh, maka kader perlu membuat komitmen atau memperbaiki komitemen kita demi terwujudnya tujuan HmI itu sendiri. Hal ini dapat diperkuat ketika kita berikrar bersama-sama. Terkadang ikrar yang kita ucapkan kita presepsikan hanya ucapan saja, padahal ikrar yang kita ucapkan itu merupakan sebuah janji kepada Allah SWT yang nantinya dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Jikalau hal tersebut disadari, pasti setiap kader akan melakukan tugasnya sebaik mungkindan semua itu di ikhlaskan semata- mata untuk Allah SWT. Dari sini yang dapat dilakukan adalah membuat ikrar kembali setelah pelatihan yang kita lakukan ( basic training). Memang hal ini terkadang dianggap kecil atau selalu disepelekan, padahal sesuatu yang kecil atau yang kita sepelekan biasanya memiliki kekuatan yang begitu besar. Apabila hal itu dilanggar, secara tidak langsung sanksi sosial pasti akan diberlakukan.

Meningkatkan kepahaman mengenai hakekat, fungsi dan peran HmI
Ketika komitmen telah kuat, perlu adanya follow up untuk setiap kader untuk memahami lebih dalam mengenai “Apa itu HmI ?”, sehingga tidak serampangan dalam mengerjakan tugasnya sebagai kader. Yang perlu ditanamkan dengan kuat adalah hakekat organisasi HmI itu sendiri. Hal itu terbagi menjadi 3, yaitu: pertama sebagai mahasiswa kita dituntut untuk Kritis, analitis, rasional, objektif,  sistematis dan ilmiah, kedua sebagai mahasiswa islam menjunjung tinggi Al qur’an dan As Sunnah sebagai sumber norma, sumber inspirasi, sumber nilai, dan sumber aspirasi dalam aktivitas dan dinamika dalam berorganisasi, yang ketiga adalah menegakkan independensi.

Dalam independensi ini terkadang disalah presepsikan oleh setiap kader dan hal itu cendenrung terletak dalam independensi etis. Dilihat realita pemahaman setiap kader mengenai independensi etis adalah menegakkan kebenaran tanpa adanya tendensi siapapun. Padahal, independensi etis adalah meneggakkan kebenaran yang Objektif dan bersifat hanif tanpa adanya tendensi dari siapapun dan dilakukan sesuah dengan fitrah kita sebagai manusia baik itu dilakukan kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia.

Setelah memahami Hakekat, perlu adanya pemahaman tentang fungsi dan peran HmI itu sendiri. Fungsi dan peran dapat terbagi menjadi 2, yaitu: organisasi kader yang membentuk kader- kader muslim intelektual dan profesional. Selanjutnya adalah organisasi perjuangan yang dimana kader muslim intelektual dan profesional harus memiliki output untuk berjuang dalam kepentingan bangsa secara keseluruhan.

Hakekat, fungsi dan peran akan dipahami lebih dalam jikalau membentuk kembali Forum group diskusi atau lebih dikenal sebagai mentoring setelah pasca basic training. Hal ini dapat meningkatkan tali silahturahmi dan apa yang ingin disampaikan akan mudah ditangkap.


Dari ketiga permasalahan diatas mungkin dapat membantu menyelesaikan permasalahan HmI dari dalam sendiri. Dan ketiga hal yang dibahas sebenarnya semua telah ada di dalam buku pedoman pengkaderan. Akan tetapi, hal itu selalu dianggap sepele sehingga menjadi yang terlupakan dan berdampak kepada HmI seperti saat ini. Berharap dari hal ini dapat meningkatkan amal kita sebagai kader muslim yang berintelektual dan profesional yang selalu di ridhoi Allah SWT sehingga dapat menjalankan Khittoh tersebut sebagai mana mestinya. Dan yang menjadi pertanyaan, Apa langkah kongkrit kita sebagai kader HmI sehingga dapat mencetak kader muslim intelektual dan profesional sehingga dapat memperbaiki HmI sebagaimana mestinya?