Dulu HmI di kenal
dengan sebuah wadah yang mampu mencetak kader yang visioner, profesional dan
kental akan intelektualitas islami dari masing- masing setiap kader. Hingga
banyak sekali mahasiswa yang berbondong-bondong untuk masuk dan ingin berproses
di Hmi itu sendiri. Tak melihat islam dari mana mereka, karena ketika bersatu
dalam majelis diskusi, yang selalu mereka fikirkan adalah bagaimana cara setiap
kader berperan untuk mewujudkan tujuan HmI yaitu sebagai kader dakwah yang
berintelektual dan bertanggung jawab untuk mewujudkan masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT. Dan semua itu terjawab dengan melahirkan beberapa
tokoh pembawa perubahan di Indonesia, yaitu: Lafran Pane, Nurcholis Majid, Achmad
Wahib, Munir, Dsb.
Yang
menjadi pertanyaan adalah akan kah semua itu akan terjadi kembali? Atau kah
semua itu hanya akan menjadi mataforgana kedepannya? Jikalau dilihat secara
realita saat ini, HmI selalu diberitakan dengan informasi negatif baik itu
tingkat Pengurus Besar hingga di komisariat, apakah itu DIPO atau MPO. Memang
dinamika merupakan sebuah salah satu komponen terpenting dalam berorganisasi.
Akan tetapi, dinamika yang terjadi kadang- kadang sampai dikategorikan
berlebihan. Mungkin kesimpulan ini bisa salah akibat missing link dari
informasi yang di tangkap. Tapi, hal inilah yang perlu diperbaiki dengan respon
yang cepat dan tegas. Sehingga informasi yang tersebar bisa mengubah mindset
orang awam atas dinamika di HmI ini.
Hal
tersebut bisa terjadi jikalau setiap kader HmI mau berkomitmen untuk
memperbaiki dari dalam. Memperbaiki bukan hanya sekedar konsep belaka, karena
memperbaiki itu memadukan antara konsep dan eksekutor yang jelas sehingga dapat
dirasakan semuanya. Konsep dan eksekutor pun harus memiliki landasan yang kuat,
hingga pijakan dan arah gerak yang dituju pun jelas. Landasan itu tersimpul
pada khittoh HmI. Khittoh merupakan sebuah garis besar arah pergerakan. Dan
garis bersar arah pergerakan Hmi pun dapat tergambarkan pada tujuan HmI itu
sendiri. Sehingga, dapat membentuk kader yang berintelektual, Profesional, dan
bermanfaat baik di dunia dan di akhirat yang didasari oleh bertaqwa pada Allah
SWT. Itulah yang terlupakan dari HmI.
Dari
ini akan mencuat sebuah pertanyaan, bagaimanakah cara untuk mengembalikan hal
itu? Mungkin ini merupakan cara sederhana yang pasti semua orang kader
fikirkan, yaitu: merubah mindset tiap kader, memperbaiki komitmen, dan
meningkatkan kepahaman mengenai hakekat, fungsi dan peran HmI itu sendiri. Yang
nantinya dapat membantu kader Hmi untuk mencapai tujuan itu sendiri.
Merubah mindset tiap kader
Memang
tidak mudah untuk mengubah mindset seseorang sehingga semuanya memiliki mindset
yang sama. Meski begitu, pasti ada titik penengah yang menjadi pegangan
bersama. Hal itulah yang nantinya akan menjadi sebuah tonggak tiap kader dalm
berfikir dan bergerak. Semua itu dapat terealisasi dengan mengawali pengenalan
HmI dengan cara yang Moderat dan tak bersifat pragmatis. Setalah itu kader
berkewajiban untuk terjun bersama didalam masyarakat, baik itu masyarakat
kampus, daerah sekitar, bahkan luar negeri. Disinilah dapat diketahui peran
kita sebagai mahasiswa yang beragama islam dalam kehidupan masyarakat secara
menyeluruh.
Memperbaiki Komitmen
Ketika
setiap kader mengetahui perannya dalam kehidupan masyarakat yang menyeluruh,
maka kader perlu membuat komitmen atau memperbaiki komitemen kita demi
terwujudnya tujuan HmI itu sendiri. Hal ini dapat diperkuat ketika kita
berikrar bersama-sama. Terkadang ikrar yang kita ucapkan kita presepsikan hanya
ucapan saja, padahal ikrar yang kita ucapkan itu merupakan sebuah janji kepada
Allah SWT yang nantinya dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Jikalau hal
tersebut disadari, pasti setiap kader akan melakukan tugasnya sebaik mungkindan
semua itu di ikhlaskan semata- mata untuk Allah SWT. Dari sini yang dapat
dilakukan adalah membuat ikrar kembali setelah pelatihan yang kita lakukan (
basic training). Memang hal ini terkadang dianggap kecil atau selalu
disepelekan, padahal sesuatu yang kecil atau yang kita sepelekan biasanya
memiliki kekuatan yang begitu besar. Apabila hal itu dilanggar, secara tidak
langsung sanksi sosial pasti akan diberlakukan.
Meningkatkan kepahaman mengenai
hakekat, fungsi dan peran HmI
Ketika
komitmen telah kuat, perlu adanya follow up untuk setiap kader untuk memahami
lebih dalam mengenai “Apa itu HmI ?”, sehingga tidak serampangan dalam
mengerjakan tugasnya sebagai kader. Yang perlu ditanamkan dengan kuat adalah
hakekat organisasi HmI itu sendiri. Hal itu terbagi menjadi 3, yaitu: pertama
sebagai mahasiswa kita dituntut untuk Kritis, analitis, rasional,
objektif, sistematis dan ilmiah, kedua
sebagai mahasiswa islam menjunjung tinggi Al qur’an dan As Sunnah sebagai
sumber norma, sumber inspirasi, sumber nilai, dan sumber aspirasi dalam
aktivitas dan dinamika dalam berorganisasi, yang ketiga adalah menegakkan
independensi.
Dalam
independensi ini terkadang disalah presepsikan oleh setiap kader dan hal itu
cendenrung terletak dalam independensi etis. Dilihat realita pemahaman setiap
kader mengenai independensi etis adalah menegakkan kebenaran tanpa adanya
tendensi siapapun. Padahal, independensi etis adalah meneggakkan kebenaran yang
Objektif dan bersifat hanif tanpa adanya tendensi dari siapapun dan dilakukan
sesuah dengan fitrah kita sebagai manusia baik itu dilakukan kepada Allah SWT
maupun kepada sesama manusia.
Setelah
memahami Hakekat, perlu adanya pemahaman tentang fungsi dan peran HmI itu
sendiri. Fungsi dan peran dapat terbagi menjadi 2, yaitu: organisasi kader yang
membentuk kader- kader muslim intelektual dan profesional. Selanjutnya adalah
organisasi perjuangan yang dimana kader muslim intelektual dan profesional
harus memiliki output untuk berjuang dalam kepentingan bangsa secara
keseluruhan.
Hakekat,
fungsi dan peran akan dipahami lebih dalam jikalau membentuk kembali Forum
group diskusi atau lebih dikenal sebagai mentoring setelah pasca basic
training. Hal ini dapat meningkatkan tali silahturahmi dan apa yang ingin
disampaikan akan mudah ditangkap.
Dari
ketiga permasalahan diatas mungkin dapat membantu menyelesaikan permasalahan HmI
dari dalam sendiri. Dan ketiga hal yang dibahas sebenarnya semua telah ada di
dalam buku pedoman pengkaderan. Akan tetapi, hal itu selalu dianggap sepele
sehingga menjadi yang terlupakan dan berdampak kepada HmI seperti saat ini.
Berharap dari hal ini dapat meningkatkan amal kita sebagai kader muslim yang
berintelektual dan profesional yang selalu di ridhoi Allah SWT sehingga dapat
menjalankan Khittoh tersebut sebagai mana mestinya. Dan yang menjadi
pertanyaan, Apa langkah kongkrit kita sebagai kader HmI sehingga dapat mencetak
kader muslim intelektual dan profesional sehingga dapat memperbaiki HmI
sebagaimana mestinya?
Alhamdulillah...
BalasHapussemangat agan admin HmI kampus C Airlangga...
Assalamualaikum
BalasHapusBagaimana cara masuk hmi? Saya mahasiswa unair kampus C